Pinta

Kamis, 31 Januari 2019 0 komentar
Angin malam berhembus semilir, dibawah lampu taman yang temaram hangat. Icha duduk di ayunan yang berayun perlahan. Disampingnya sesosok laki laki dengan sorot mata yang begitu hangat, Aldi. Ayunan laki laki itu diam, tak bergerak. Sunyi sepi tak ada yang berbicara. Tidak, mungkin hatinya saling menanyakan satu sama lain, saling menunggu untuk siapa yang memulainya lebih dulu. Genap tiga puluh menit saling mendiamkan satu sama lain. Tak ada titik temu, tak ada jalan keluar. hanya jalan buntu yang membingungkan. “katakan” Aldi memulai. “untuk apa aku ungkapkan jika pada akhirnya untuk menyakiti diri sendiri?” sahut icha.

Diam lagi, sunyi lagi, semesta lagi lagi berkonspirasi dengan angin yang berhembus dingin. Mereka menahan lagi, entah sampai kapan ?.

“ada ungkapan, ketika kamu memiliki keinginan, katakanlah. Biar cepat keinginan itu terkabul” aldi memulai lagi. “meskipun menyakitkan” lanjut aldi.

“cerita panjang yang menjadi bagian penting dalam hidupku hingga detik ini belum menemui akhir. Inginku membenci tapi tidak bisa. Inginku berjuang, aku sudah terlalu lelah. Bukan maksud mudah menyerah tapi aku ingin merangkai cerita lain yang menakjubkan. Tentang impian, mimpi dan kebahagian.” Icha menghela nafas. “permintaanku, aku ingin keluar dari cerita panjang yang tak kunjung menemui ujungnya. Dan bisa menemukan kebahagian yang lebih membahagian saat tanpa kamu” sebulir air meluncur dari kedua sudut mata Icha. “ini permintaan yang menyakitkan. Apakah Tuhan akan mengabulkan? padahal kebahagianku adalah kamu, bagaimana bisa aku bahagia?.  Apakah Tuhan rela hambanya tidak bahagia?” Icha berdiri dan berjalan pergi.

“Permintaanku adalah kamu bisa melupakan aku agar kamu bisa bahagia” ucap Aldi

Icha tak menghiraukan ucapan Aldi. Ia tetap berjalan tanpa menengok ke belakang. Dan sampai hilanh ditelan gelapnya malam.

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Catatan dy | TNB